isnukabmalang.com – Melangkah jauh dan melampaui batas intelektual untuk menyambut dunia baru demi terwujudnya masa depan organisai yang memiliki kredibiltas dan eksistensi dimensi digital. Bermimpi memiliki Big Data untuk aset NU yang dinahkodai ISNU tentu wajib untuk berpikir arah pada masa yang akan datang. Investasi digital perlu dimulai saat ini dengan berbagai kreasi dan bentuknya yang menunjang dan menopang eksistensi organisasi. Sudah saatnya memikirkan garapan akademik sektoral-lintas sektoral –dan tran sektoral di negeri ini. Hal demikian tentu tidak sekedar mimpi belaka, melainkan perlu ditata pelan-pelan dan diwujudkan dengan apa yang bisa dilakukan saat ini.
NU sangat berpeluang untuk mewujudkan hal tersebut, didukung adanya Santri-Akademik dalam hal ini saya menyebutnya (ISNU) yang telah mampu menggabungkan/menalfidkan ilmu pesantren-umum dalam melihat bebagai wacana yang terjadi. Termasuk dalam hal mewujudkan Organisasi Mega Digital. Memngingat generasi yang kita hadapi adalah generasi Z yang nantinya akan menikmati investasi digital organisasi.
Dalam hal ini penulis membuat jurus dengan akronim “BK2M” Big Data, Kajian dan Pergerakan, Membangun dan Menyediakan Open Recourse dan Media digital. Semua invetasi itu wajib ditambahkan kata NU agar eksistensi NU di dunia digital makin mudah masyarakat ketika berselancar di dunia maya. Mari kita bahas satu persatu sebagai berikut.
Big Data/Maha Data NU
Tidak asing lagi bahwa setiap organisasi harus memiliki atau bersistem mahadata. Mengapa hal itu harus dilakukan? Dikarenakan sebuah organisasi harus mampu, memeroleh-mengolah-menganalisis data besar yang dimiliki organisnasi khususnya ISNU. Apa yang dimiliki, data aset, karya-NU, kajian NU dan aset-aset NU yang hari ini wajib digitalisasikan. Prinsipnya data bisa diakses kapan saja-dimana saja-dengan siapa saja. Kajian-kajian yang sudah tidak lagi populer khususnya mengkaji karya-karya kyai Nusantara langkah logisnya adalah dengan mendigitalisasikan dan syukur-syukur menelitinya. Berarti itu wujud nyata telah menyelematkan karya para ulama kita. Alhamdulillah sekarang sudah ada Maktabah Syamila mega digital kitab kuning seluruh dunia hampir enam ribu judul lebih. Tetapi karya itu hanya terbata bagi para santri yang ahli dalam bahasa arab. Terutama yang membidangi bahstul masail.
Kajian dan pergerakan Lintas Sektoral bermuatan NU
Dalam dunia pendidikan NU sudah banyak berepan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini sedikit pengalaman saya menjadi pendidik kebetulan menjadi pengelola sekolah adiwiyata atau sekolah berbudaya lingkungan. Sangat sedikit sekali sekolah NU yang menjalankan program itu. Padahal ajang gengsi itu memberikan kiprah positif terhadap bumi nusantara bagaimana peduli dan berbudaya lingkungan baik di sekolah maupun di rumah bahkan lingkungan masayarakat sekitar. Ketika mengikuti program PKPNU alhamdulillah sudah menerapkan aksi bebas sampah dalam kegiatan tersebut. Meskipun hal ini terlihat kecil, sebenarnya jika dikaji juga memberikan efek luar bisa terutama dalam hal membersihkan sampah, belum sampai pada pola pengelolaan sampah itu.
Selain itu, mari kita memunculkan Olimpiade Maarif NU secara online, bekerja sama dengan lintas sektoral Dinas Pendidikan maupaun Kementerian Agama. Bahwa siswa kita butuh nutrisi materi NU dengan gaya yang berbeda. Yakni dengan mengadakan olimpiade. Dari situ otomatis buku-buku NU harus diseleksi betul bahkan jika perlu mengenai sejarah NU ditashih oleh pakar sejarah NU, secara praktis buku NU akan menjadi sumber rujukan primer untuk mengikuti kegiatal olimpiade NU. Sebenarnya banyak hal penulis inginkan dan mimpikan, paling tidak nantinya ISNU akan menjadi pelopor organisasi yang mampu trans-sektoral untuk membantu kerja NU khususnya dalam kaitanya bidang penelitian, pengabdian dan pelatihan (sertifikasi NU).
Membangun dan menyediakan Open Recources Khas NU
Jika sudah memiliki sistem rumah e-organisasi selanjutnya adalah untuk mengisinya dengan karya-karya monumental Sarjana-sarjana NU. Yang dapat diakses gratis oleh warga NU yang diintegrasikan dengan sistem KartaNU. Sehingga warga NU bisa mengakses kapanpun-dimanapun karya para sarjana NU untuk dijadikan sebagai sumber rujukan dalam menjawab berbagai hal problematika kehidupan sekarang. Para sarjana NU memiliki berbagai disiplin keilmuan masing-masing tetapi mereka semua memiliki lokal-NU dalam dirinya. Sehingga pemikiran-pemikiran mereka tetap dalam koridor keNU-anya. Hari ini, sangat banyak open recources yang telah disedikan oleh penyedia luar negeri, dalam konten itu karya-karya monumental para pakar dunia dapat diakses secara gratis kapanpun-dimanapun. Terdapat jutaan judul dari berbagai disiplin ilmu.
Media Mega Digital NU
NU dan Media harus menjadi satu. Menjangkau yang tidak terjangkau, artinya penduduk hari ini adalah generasi Z atau disebut juga penduduk digital. Bagaimana Rumah besar yang bernama NU itu juga menjadi tempat singgah mereka para generasi Z untuk menambah nutrisi mereka. Khususnya nutrisi keNU-an mereka. NU harus membuat mega-link atau peta jaringan mulai unsur Pusat hingga pengurus Ranting. Misalnya mulai nama web mulai pusat hingga ranting harus seragam. Sehingga jelas bahwa media NU adalah yang memiliki jaringan link yang dibuat oleh pusat.
Nama domain diatur terstruktur, hingga media sosial resmi organisasi juga harus memiliki antara relasi tingkat ranting-hingga pusat. Saya berpikir jangan sampai warga NU diperalat oleh era digital tetapi bagaimana kita memperalat era digital ini sebagai sarana atau piranti dakwah NU. Dakwah kapan saja, dimana saja, dengan kyai NU. Kita bisa “memperalat” berbagai media sosial (internet) untuk kepantingan menguatkan-mengokohkan-bahkan melebarkan sayap NU dikancah internasioanl. Karena manfaat dan mudhorot internet tidak jauh berbeda. Tergantung pada siapa yang menggunakanya.
Semoga sedikit ulasan artikel ini bermanfaat, penulis menyadari bahwa apa yang dimimpikan sangat berat untuk diwujudkan. Tetapi jika ada kemauan-kemampuan-kesempatan insyallah akan terwujud. Mungkin juga artikel ini juga sudah usang karena baru muncul hari ini, penulis mohon maaf atas ketidakfaktualan informasi yang kai terima. (*)
Ditulis oleh Moh. Ahsan Shohifur Rizal, M.Pd. (Bidang Informasi, Komunikasi dan Opini Publik PC ISNU Kabupaten Malang)