isnukabmalang.com – Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Malang menggelar Sekolah Pemberdayaan Perempuan (SPP) yang dilaksanakan pada Minggu, (7/5/2023) di kediaman Prof. Dr. Hj. Mufidah Ch., M.Ag. Beliau adalah Dewan Ahli PC ISNU Kabupaten Malang yang menjadi mentor utama pada SPP ini.
Kelas perdana ini diikuti oleh 22 pengurus atau anggota perempuan PC dan PAC ISNU se-Kabupaten Malang. Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari FGD Pemberdayaan Perempuan yang digelar oleh PC ISNU Kabupaten Malang pada 22 Maret 2023 silam. Kemudian dari pertemuan tersebut lahir sebuah lembaga bernama House of Khadijah yang membidangi Sekolah Pemberdayaan Perempuan ini.
Mengawali kegiatan, Ketua PC ISNU Kabupaten Malang, Kiai Abdullah SAM, S.Psi., M.Pd., memotivasi peserta tentang pentingnya mengikuti sekolah ini. Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin itu menyebutkan bahwa perempuan memiliki kekuatan yang dahsyat, apalagi jika memiliki ilmu.
Baca juga: Srikandi ISNU Kabupaten Malang Gagas Sekolah Gender, Dimulai 6 Mei 2023
Selanjutnya, pria yang saat ini menjabat Wakil Ketua 2 STIT Ibnu Sina Malang mengungkapkan peran perempuan dengan cerita sejarah. Beliau memulai dengan cerita tentang Nabi Muhammad saw. Rasulullah bisa kuat dan percaya bahwa dia sebagai seorang rasul karena perempuan, Siti Khadijah.
“Ada Majapahit yang tumbang karena seorang perempuan, Putri Campa. Dari sini bisa dilihat bahwa perempuan sangat berpengaruh. Dan dari ISNU Kabupaten Malang ini bisa menjadi embrio perubahan NU Kabupaten Malang”, ungkapnya.
Menyoroti sejumlah isu yang dibahas dalam sekolah ini, Ketua PC ISNU menyampaikan perihal adab jangan sampai tinggi dari syariat. Menurutnya, hal tersebut bisa membahayakan dan dapat menimbulkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti kekerasan seksual.
Baca juga: PAC ISNU Bululawang Jalin Kerjasama dengan LAZISNU Masjid Sabilit Taqwa
Isu kekerasan seksual yang terjadi di lembaga pendidikan bisa terjadi dikarenakan adab lebih tinggi dari syariat. Padahal, hal demikian itu tidak benar dan ini menjadi persoalan bersama lembaga pendidikan, termasuk pesantren untuk membekali para murid dan santrinya terkait pendidikan seksual.
Masuk pada materi awal, Prof. Mufidah sebagai narasumber SPP menjelaskan tentang konsep dasar gender secara umum beserta isu-isu yang menyertainya. Kemudian para peserta mendiskusikan isu-isu perempuan yang terjadi sebagai umpan balik dari paparan materi.
Diskusi menjadi hangat dan akrab karena para peserta mengangkat isu riil yang terjadi di sekitar dan berita viral dari sosial media. Hal yang bisa meredam penyimpangan gender hanya agama. “Pendidikan agama harus menjadi dasar dan diberikan sejak dini”, tutur Direktur WLC (Women Leadership Center) El-Shavia ini.
“Semoga forum Sekolah Pemberdayaan Perempuan ini menjadi awal yang baik”, harap Guru Besar UIN Malang itu.
Seperti yang telah disepakati oleh para peserta, Srikandi ISNU Kabupaten Malang dan narasumber, Sekolah Pemberdayaan perempuan ini bakal digelar 2 kali pertemuan per bulan. Masing-masing, 1 kali tatap muka dan 1 kali secara daring (dalam jaringan). (lul/cha)